Sinopsis “Taare Zameen Par”
Judul : Taare
Zameen Paar
Pemeran : Darsheel
Safary (Ishaan Nandkishore Awasthi), Aamir Khan (Ram Shankar Nikumbh)
Tema : Pendidikan,
Keluarga
Latar belakang film : India
Durasi : 02:42:23
Tahun : 2007
Produksi : Aamir Khan
Production
Taare Zameen
Par adalah sebuah
film India yang menceritakan kisah tentang seorang anak berusia 8 tahun yang
berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ishaan Nandkishore
Awasthi, nama anak laki-laki yang pada awal film ditunjukkan selalu mendapat
nilai jelek di kelasnya, di semua mata pelajaran.
Ishaan memang
tidak dibenci oleh ayah dan ibunya meski dia selalu mendapat nilai buruk dan
selalu tertinggal dalam pelajaran. Namun orangtuanya ingin ia bisa seperti
teman-temannya dan juga seperti kakaknya. Ishaan memiliki seorang kakak
laki-laki yang ditunjukkan menyayangi Ishaan. Ia juga ikut prihatin dengan
keadaan akademik adiknya. Kakak Ishaan adalah seorang murid yang pandai di
sekolahnya. Ia selalu mendapat nilai bagus dan hampir sempurna di semua mata
pelajaran. Di sekolah, Ishaan sulit mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh
gurunya, dan lebih sering menghabiskan waktu di luar kelas sebagai hukuman dari
para guru yang merasa sudah lelah mengurusinya. Sayangnya, dalam hal ini para guru
justru menunjukkan cara mendidik yang kurang baik. Ada salah satu adegan di
dalam kelas, guru bahasa Inggris Ishaan berkata "Shameless boy!" saat
Ishaan beranjak ke luar kelas atas perintah gurunya karena ia tak bisa membaca
paragraf yang diminta oleh gurunya untuk ia baca.
Guru Ishaan marah karena Ishaan
tidak bisa membaca kalimat yang diminta
Beralih dari
kehidupan di sekolahnya, ke kehidupan Ishaan di rumah. Di rumah Ishaan
diperlakukan sama seperti anak-anak lainnya oleh keluarganya. Jika Ishaan
melakukan kesalahan pun, ia juga akan dihukum. Namun, Ishaan tak suka dipaksa
untuk bisa menguasai pelajaran yang tak bisa ia kuasai itu. Ishaan lebih suka
menggambar, menyusun puzzle, atau membuat sesuatu. Di kamarnya Ishaan
menciptakan berbagai macam gambar menarik. Mulai dari kertas hingga tembok,
semuanya tertoreh hasil tangan Ishaan yang begitu kreatif, imajinatif, dan
unik, serta melambangkan usianya yang masih kanak-kanak. Sayangnya, bakat
Ishaan tak terlalu dilihat oleh orangtuanya, khusushnya ayahnya, yang lebih
sibuk ingin agar Ishaan bisa seperti kakaknya.
Ishaan lebih
suka diberi kebebasan untuk melakukan yang ingin ia lakukan. Ia sangat merasa
terkekang pada semua aturan aturan yang ada di sekitarnya. Aturan di rumah,
juga di sekolah. Ishaan digambarkan sebagain anak yang melihat dunia dengan
cara yang lain. Ia melihat dunia tak seperti anak-anak yang lain. Rasa ingin
tahunya dan ketertarikannya pada banyak hal baru menumbuhkan imajinasi
tersendiri di dalam dirinya.
Sampai pada
saaat tengah semester, orangtua Ishaan dipanggil lagi oleh sekolah bersangkutan
dengan keadaan Ishaan yang sama sekali tak mengalami kemajuan. Semuanya tampak
lebih menuntut Ishaan untuk bisa menguasai sekolahnya.
Kemudian ayah
Ishaan memutuskan untuk membawa Ishaan ke sekolah berarsrama. Ya, mereka
memutuskan utukk menaruh anak mereka di sebuah sekolah asrama yang jauh dari
orangtuanya. Ishaan menangis, ia tidak mau. Namun sayangnya keputusan ayah
Ishaan sudah bulat. Ia, juga sebenarnya dengan berat hati meninggalkan Ishaan
di sekolah tersebut, berharap ada kemajuan dalam diri Ishaan mengenai pelajaran
di sekolah.
Harapan tinggal
harapan. Di sekolah itu pun, Ishaan juga mengalami hal yang sama. Bahkan para
gurunya di sini lebih keras padanya daripada gurunya saat di sekolah
sebelumnya. Di semua mata pelajaran Ishaan menghadapi kesulitan dalam menulis
dan membaca. Para guru di asrama itu juga tak memperhatikan kendala apakah yang
Ishaan alami dalam pelajarannya, mereka hanya melihat bahwa Ishaaan adalah anak
bodoh yang tak bisa membaca dan menulis
Hal itu terus terjadi, bersamaan dengan makian dari gurunya yang terus
menekan batin Ishaan, sampai seorang guru pengganti datang. Guru baru itu
adalah seorang pemuda yang menggantikan guru kesenian di sekolah Ishaan. Bagai
sebuah revolusi seketika. Kelas Ishaan yang tadinya selalu bungkam di bawah
pengajaran sang guru, tiba-tiba menjadi lebih menyenangkan saat gurunya yang
bernama Ram Shankar Nikumbh menunjukkan cara mengajar yang berbeda dari para
guru sebelumnya.
Ia juga lebih mengutamakan
kondisi siswanya dalam belajar. Ram Shankar mengajar dengan lebih mendekatkan
diri pada anak didiknya. Ia lalu menemukan ada hal yang aneh pada diri Ishaan.
Setelah bertanya pada teman Ishaan, Rajan Damodaran, Ram Shankar lalu melihat
buku yang berisi latihan-latihan soal Ishaan di semua mata pelajaran. Ia
terkejut melihatnya. Hal yang Ram Shankar utarakan adalah, ia seperti melihat
dirinya sendiri dalam diri Ishaan. Dalam semua hasil pekerjaan Ishaan, ia
banyak menuliskan huruf secara terbalik. Dari angka dan tulisan, banyak huruf
yang tidak sesuai bentuknya.
Ram Shankar pun memutuskan untuk
menemui keluarga Ishaan. Dari perbincangan mereka, Ram Shankar melihat bahwa
orangtua Ishaan tak begitu mengetahui kendala apa yang dihadapi anaknya.
Akhirnya ia pun memberitahu mereka bahwa Ishaan mengalami kendala kesulitan
untuk mengenali angka dan alfabet. Ia kesulitan membedakan huruf yang bentuknya
hampir sama serta posisi huruf menghadap ke depan atau ke belakang. Ram Shankar
mengutarakan pada keluarga Ishaan bahwa sebenarnya Ishaan mengalami dislexia.
Sebuah keterbatasan yang mengakibatkan orang kesulitan mengenali huruf. Hal
lain lagi yang Ram Shankar temukan di rumah Ishaan adalah, Ishaan memiliki
bakat dalam menggambar. Gambarnya bukan sekadar gambar biasa, melainkan unik
dan kreatif.
Pada akhirnya Ram Shankar mencari
cara untuk membantu Ishaan. Untuk membantu Ishaan dalam pelajarannya, ia
mengajari Ishaan menulis alfabet dan angka dengan benar. Cara yang ia gunakan
juga bukan menulis dengan pensil atau pena seperti menulis biasa pada umumnya.
Seperti contohnya saja ia menulis di kotak pasir saat mengajari Ishaan menulis
alfabet. Untuk menulis angka, ia menggunakan papan dengan garis kotak-kotak.
Dari huruf yang besar, ia lalu menyusutkannya menjadi huruf yang lebih kecil.
Ishaan yang notabene memang lebih menyukai cara belajar yang tidak mengekang,
menikmati pelajaran dengan guru barunya itu. Pada akhirnya Ishaan dapat membaca
dan meulis dengan benar. Tak ada lagi huruf yang terbalik atau salah menyusun
kata.
Sebuah film mengharukan yang
ditutup dengan akhir yang Indah. Pada akhir film, Ishaan menjadi bintang yang
diakui oleh semua orang melalui bakat menggambarnya. Orangtua, kakak, guru, dan
teman-temannya semua memberikan standing applause pada bocah
yang awalnya tak mau maju ke panggung untuk menerima penghargaannya.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar